Rabu Abu merupakan hari pertama pada jaman Pra-Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi yang ditentukan jatuh pada hari rabu 40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung hari Minggu atau 44 hari termasuk hari Minggu sebelum hari Jumat Agung.
Pada Hari Rabu Abu umat yang mampir ke gereja dapat diberi tanda salib pada dahinya mengunakan abu yang dijadikan sebagai simbol pada upacara ini. Penggunaan abu sebagai simbol ini bertujuan untuk mengingatkan umat dapat ritual Israel kuno diaman seseorang menaburkan abu di atas kepalanya atau diseluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan maupun pertobatan.
Umat Katolik berpikiran Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat bahwa manusia adalah fana agar kelak ia dapat kembali kembali kepada sang Pencipta yaitu Bapa di Sorga. Untuk memperingati Rabu Abu ini, umat Katolik yang berusia 18-59 tahun diwajibkan berpuasa tau berpantang sepanjang 40 hari dengan batasan makan kenyak paling banyak satu kali.
Pengunaan abu ini rupanya udah dipakai sejak dahulu termasuk oleh Gereja Perdana. Buku yang berjudul “De Poenitentia” yang ditulis oleh Tertualinus kurang lebih tahun 160 hingga 220 menyatakan kecuali pendosa yang menginginkan bertobat kudu hidup tanpa bersenang-senang dan kudu manfaatkan kain kabung dan juga abu. Sejarawan Gereja Perdana termasuk menyebutkan bahwa pada waktu itu tersedia seorang murtad yang bernama Natalis yang mampir pada Paus Zephyrinus dengan mengenang kain kabung dan juga abu lantas memohon pengampunan agar dosanya diampuni. Menurut bermacam sumber tertulis menyebutkan bahwa dimasa yang sama mereka yang menginginkan bertobat dimuka lazim maka imam dapat memakaikan abu pada kepala mereka sehabis mereka lakukan pengakuan.
Tidak cuma hingga disana, pada abadpertengahan mereka sedang hadapi ajal dapat dibaringkan di atas tanah beralaskan kain kabung lantas seorang imam dapat memercikannya dengan abu lantas memberikan berkat manfaatkan air suci.
Dari sebagian perihal yang diuraikan, maka untuk memperingati Rabu Abu digunakan abu sebagai tanda awal jaman Pra Paskah yang berlangsung sepanjang 40 hari. Ternya ritual Rabu Abu ini udah dimulai sejak abad kedelapan tepatnya pada jaman Gregorian Sacramentary.
Sesudah abad pertengahan selanjutnya maka gereja kenakan abu sebagai tanda dimulainya jaman pertobatan Pra Paskah agar kami mampu mengingat kecuali manusia tidaklah abadi agar ia kudu bertobat dengan menyesali dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Pada waktu ini, abu yang dipakai dalam Perayaan Rabu Abu diambil berasal dari abu daun palma yang udah diberkati pada Minggu Palma pada tahun sebelumnyaj yang kemudia dibakar oleh pastur dan memberkati dan juga menorehkan abu hasil pembakaran ke dahi umat membentuk tanda salib sambil berkata demikianlah “Ingat, engkau berasal berasal dari debu dan dapat kembali menjadi debu,” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”
Perayaan Rabu Abu
Perayaan Rabu Abu
Rabu Abu merupakan hari pertama jaman pra paskah yang menandai bahwa kami orang yakin udah memasuki jaman tobat sepanjang 40 hari sebelum selanjutnya memasuki Paskah. 40 hari ini memang punya kandungan arti rohani yang menadakan lamanya jaman persiapan. Dalam Alkita kami mampu lihat banyak kata 40 hari di dalamnya. Misalnya saja Musa yang berpuasa sepanjang 40 hari sebelum menerima 10 Perintah Allah. Bahkan Tuhan Yesus sendiri berpuasa 40 hari 40 malam lamanya di padang gurun sebelum Ia memulai pewartaan-Nya kepada orang banyak.
Penentuan hari Rabu sendiri disebabkan dikarenakan penghitungan yang dijalankan sepanjang 40 hari sebelum hari Minggu Paskah dengan melewati tiap tiap hari Minggu dikarenakan hari Minggu diakui sebagai peringatan kebangkitan Kristus. Dalam seminggu, gereja Katolik menentukan umat kudu berpuasa sepanjang 6 hari dalam seminggu yang dijalankan sepanjang 6 minggu ditambah 4 hari agar genap 40 hari.
Dikatakan sebagai Rabu Abu dikarenakan perayaan ini tiap tiap tahunnya diperingati pada hari Minggu dengan manfaatkan abu sebagai simbol pertobatan. Dari itu semua, penggunaan abu ini termasuk untuk mengingatkan umat bahwa suatu waktu ia dapat mati dan kembali menjadi debu (manusia fana).
Makna Rabu Abu
Makna Rabu Abu
Rabu Abu sendiri memang tidak cuma berkata perihal abu yang mempunyai arti pertobatan dan juga rasa penyesalan atas segala dosa yang pernah dilakukannya sekaligus menghayati pertobatan itu dengan lakukan puasa atau pantangan sepanjang 40 hari. Rabu Abu sendiri memang termasuk berkata perihal puasa yang dijalankan oleh umat dengan menahan hawa nafsu dan berpantang agar tidak lakukan tingkah laku dosa kembali dan juga diharuskan untuk tambah pikirkan dengan sesama.
Adapun arti berasal dari Rabu Abu sendiri yaitu:
1. Makna Rabu Abu melalui Abu yang digunakan sebagai simbol perayaan
Berbicara perihal abu, tentu kami menjadi abu itu tidak mempunyai arti dikarenakan abu adaah perihal yang tidak punya nilai dan juga cuma membawa dampak sesuatu yang bersih menjadi kotor. Namun siapa sangka, abu yang menjadi simbol perayaan Rabu Abu ini mempunyai arti yang terlampau dalam. Sejak zaman dulu, abu digunakan sebagai simbol pertobatan atau penyesalan pada dosa yang dijalankan semasa hidup. Di dalam Kejadian bahkan disebutkan bahwa manusia itu berasal berasal dari debu dan kelak dapat kembali kembali menjadi debu. Ini berlangsung sebelum Roh Allah dihembuskan pada manusia. Roh Allah yang dihembuskan pada manusia diartikan bahwa tanpa Allah manusia hanya debu dan ia cuma mampu berbuat dosa.
Jika diamati berasal dari aspek teologis, Rabu Abu sendiri mempunyai arti pertobatan dan penyesalan manusia pada dosa-dosa yang dilakukannya. Manusia termasuk tahu bahwa hidupnya adalah fana agar ia kelak dapat kembali menjadi debu dan hidup dengan dengan Bapa di Sorga agar hidup manusia semuanya terkait dengan rahmayt Allah.
Tanda salib yang ditorehkan di dahi waktu perayaan Rabu Abu termasuk mempunyai maksud yaitu agar tiap tiap individu mampu menghayati arti Rabu Abu dalam hidupnya dan juga mampu menjadi pengingat dapat ritual Israel kuno di mana waktu seseorang menaburkan abu di atas kepala atau semua bagian tubuh sebagai tanda dapat kesedihan, penyesalan, perkabungan bahkan pertobatan.
2. Makna Rabu Abu melalui Puasa
Umat Katoli khususnya, dapat berpuasa dan berpantang sepanjang 40 hari untuk memperingati Rabu Abu hingga hari raya Paskah. Angka 40 hari ini diambil berasal dari puasa yang dijalankan oleh Yesus sepanjang 40 hari 40 malam di padang gurun. Karena kami merupakan punya Kristus seutuhnya, maka selurh umat diajak untuk untuk tahu arti selanjutnya dengan turut berpuasa dan berpantang.
Puasa yang dijalankan merupakan sikap menyangkal diri berasal dari segala perihal yang disukai dan terkait dengan nafsu duniawi dan juga menjauhkan segala tingkah laku yang mampu mengakibatkan dosa dimulai berasal dari jaman Rabu Abu hingga Paskah. Puasa yang dijalankan ini tentunya bertujuan untuk memperbaharui hidup sebagai ciri utama berasal dari pengikut Kristus.
Berpantang yang dijalankan sepanjang jaman Rabu Abu merupakan pantangan untuk tidak memakan daging atau tidak memakan makanan lain yang udah ditentukan oleh Konferensi para Uskup yang dijalankan tiap tiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali kecuali hari Jumat selanjutnya termasuk dalam hitungan hari raya.
Pantang dapat dijalankan oleh seseorang yang usianya genap 14 tahun namun puasa dijalankan oleh semua orang yang udah menginjak deasa hingga kurang lebih 60 tahun.
Demikianlah artikel perihal Rabu Abu ini dibuat. Kiranya artikel ini mampu memberikan Info dan menjadi berkat bagi kami semua. Semoga kami umat yang yakin kepadaNya mampu memaknai Perayaan Rabu Abu ini dengan penuh kesungguhan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar