RENUNGAN HARIAN
Renungan 1
Be the True Light
Bacaan: Yohanes 1:1-18
“ia datang sebagai saksi untuk berikan kesaksian berkenaan terang itu, agar oleh dia semua orang jadi percaya. Ia bukan terang itu, tapi ia mesti berikan kesaksian berkenaan terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, tengah datang ke dalam dunia.”
Yohanes 1:7-9
3 Renungan Harian yang Penuh arti Saat Teduh
Jadilah terang yang sesungguhnya. Apa yang ada di benak kita saat mendengar sepenggal kata-kata tersebut? Apakah sebuah matahari yang bersinar bersama terang terhadap siang hari, sebuah lampu dalam ruangan yang tengah dinyalakan atau sebuah lilin yang dinyalan saat tengah gelap? Mari kita memandang ilustrasi tersebut ini. Ketika kita menyalakan sebuah lilin dalam suasana terang, apakah lilin itu miliki kegunaan bagi kita?
Tentu saja tidak, sebab ada cahaya yang jauh lebih terang dibandingkan bersama nyala lilin yang kita nyalakan. Beda halnya saat kita menyalakan sebuah lilin di daerah yang gelap. Ketika di daerah gelap, lilin itu tentu miliki kegunaan bagi kita yakni untuk menerangi kita di tengah kegelapan. Lalu apakah hubungan ilustrasi tersebut bersama kita? Pada pas ini kita orang yang percaya kepadaNya seumpama sebuh lilin yang berada di tengah kegelapan yang mesti menyinari lebih kurang kita dan memberikan arahan kepada orang-orang yang berada di dalam kegelapan tersebut. Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan demikian “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tapi saat ini kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, sebab terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang sudi kepada Tuhan.” Karena kita merupakan anak-anak Allah yang terhadap pas ini hidup di dalamNya maka kita dikatakan sebagai anak-anak terang. Anak-anak terang merupakan anak-anak Allah yang hidup seturut bersama kehendakNya dan dapat jadi sebuah kesaksian hidup bagi sesama kita. Kita seumpama domba yang berada di tengah kawanan serigala yang mesti tetap mengabarkan kabar berkenaan kebaikan dan keselamatan yang daripadaNya.
Pada pas ini seringkali kita mendengar pemberitaan di sarana sosial maupun sarana elektronik berkenaan orang percaya yang hidup tidak seturut bersama kehendakNya bersama jalankan penipuan apalagi pembunuhan. Bahkan tak banyak juga di lebih kurang kita para pemuda maupun pemudi yang hidupnya berada dalam kegelapan dan tidak jadi saksi Kristus. Para pemuda atau pemudi ini rajin melayani Tuhan di dalam Gereja atau sebuah persekutuan, tapi hidupnya masih ada dalam kegelapan bersama mabuk-mabukan atau apalagi memanfaatkan obat terlarang dan juga pacaran tidak kudus di hadapannya. Apakah ini yang disebut sebagai anak-anak terang? Dalam 1 Yohanes 1:6 juga dikatakan seperti ini ”Jika kita katakan, bahwa kita memperoleh persekutuan bersama Dia, tapi kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak jalankan kebenaran.” Ketika ada yang bertanya kepada kita seperti ini, kamu anak Allah, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, apakah kamu adalah anak terang? Jika kita berbicara “Iya saya adalah anak terang” tapi kita sendiri tidak memandang bagaimana langkah hidup kita yang masih belum benar di hadapanNya sama saja kita udah berdusta kepadaNya. Kita udah dikatakan sebagai anak terang kecuali sebetulnya hidup kita sendiri udah hidup menurut kehendakNya bersama tidak jalankan tingkah laku yang tidak benar.
Hidup sebagai anak terang
Saat kita mengahadiri ibadah tentu seringkali kita mendengar khotbah berkenaan “Jadilah terang dan garam dunia.” Seringkali saat kita mendengar khotbah rasanya mudah sekali untuk jadi terang, tapi dalam prakteknya jadi terang itu sangatlah sulit. Lalu bagaimana caranya agar kita hidup sebagai anak terang? Berikut bakal dijelaskan langkah hidup anak-anak terang.
1. Mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Hal pertama yang mesti dijalankan sebagai anak terang yakni bersama mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat terutama dahulu. Ketika kita udah mengenalnya, kita tentu bakal segan untuk jalankan apa yang tidak dikehendakinya. Agar kita dapat mengenalnya yakni bersama membentuk hubungan yang baik denganNya. Setiap hari kita dapat pas teduh dan membaca Firmannya. Firman Tuhan merupakan pedoman hidup bagi orang percaya. Semakin sering kita membaca Firmnannya, kita bakal semakin menyadari apa yang boleh dijalankan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kita.
2. Hidup seturut bersama niat Allah
Hidup seturut bersama niat Allah merupakan ciri hidup anak-anak terang. Dengan hidup seturut bersama kehendaknya artinya kita udah tidak hidup di dalam kegelapan lagi. Kita tidak malu untuk beri salam orang yang jalankan kesalahan, kita sudi mengasihi dan mengampuni orang yang udah menyakiti hati kita apalagi kita tidak bakal merendahkan orang lain.
3. Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama
Menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah sesama artinya kehidupan kita dan setiap tingkah laku kita harusnya jadi berkat. Ketika orang lain memandang tingkah laku kita yang baik, tentunya orang lain bakal memandang hidup kita seperti terang yang berada di tengah kegelapan. Bahkan saat memandang kehidupan kita, orang lain bakal berubah jadi lebih baik.
Menjadi terang di tengah kegelapan sebetulnya sulit, tapi lebih sulit kembali kecuali kita hidup di dalam kegelapan dan tidak jadi berkat bagi orang lain. Jika kita sebetulnya belum jadi terang, marilah kita tinggalkan kegelapan itu dan jadi hidup seturut bersama kehendakNya. Ketika kita jadi hidup dalam terang tentu banyak godaan dan barangkali banyak teman-teman kita yang tidak suka apalagi hindari dirinya berasal dari kita. Namun, itu lebih baik bukan daripada kita mesti kehilangan kasihNya dan terus menerus hidup dalam kegelapan. Ibrani 10:32-33 berbicara demikian “Ingatlah bakal era lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh sebab kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik pas kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun pas kamu menyita anggota dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” Jika kita udah hidup di dalam terang, seringkalai banyak ujian yang mesti kita lalui. Namun, kita mesti tetap jadi saksi bagiNya dan terus jadi terang di tengah sesama kita lewat langkah hidup dan tingkah laku kita. Kita mesti jadi terang yang sejati yang dapat menyinari langkah hidup orang-orang yang belum percaya dan mengenalNya. Janganlah cemas untuk hidup di dalam terang, tapi takutlah kecuali kita mesti hidup di dalam gelap. Sebab, hidup di dalam gelap bakal membuat kita tidak memperoleh kasih dan kemuliaanNya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 2
Give plus Take
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:28-36
“Dalam segala suatu hal udah kuberikan semisal kepada kamu, bahwa bersama bekerja demikian kita mesti menolong orang-orang yang lemah dan mesti mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri udah mengatakan: Adalah lebih suka berikan berasal dari terhadap menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Jika terhadap pas ini kita diberi dua pertanyaan seperti ini, mana yang lebih kamu pilih “memberi” atau “menerima”? Pasti banyak diantara kita yang berbicara bahwa kita lebih suka berikan daripada menerima. Namun dalam kenyataannya, kita justru lebih sulit berikan daripada menerima. Ketika kita sudi berikan kadang waktu rasanya sulit. Banyak alasan yang justru terkesan dibuat-buat kecuali mesti memberi. Menerima suatu hal berasal dari orang lain sebetulnya menyenangkan hati kita, tapi saat dapat berikan kepada orang yang butuh rasa suka yang kita rasakan dalam hati kita justru bakal berlipat ganda. Tuhan saja bilang kepada kita bahwa lebih suka berikan daripada menerima, kemudian mengapa kita masih sulit untuk memberi?
Masih ingatkan kita bencana alam yang baru terjadi lebih dari satu pas ini. Bencana alam yang mengejutkan kita semua dan barangkali masih teringat di benak kita. Ya, bencana tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan sekitarnya. Puluhan ribu manusia dinyatakan meninggal dunia. Banyak orang yang mesti kehilangan keluarga, daerah tinggal dan juga mata pencaharian. Namun apa yang kita jalankan saat kita mendengar berita tersebut? Sudahkah kita berikan berkat kepada mereka yang terkena bencana alam tersebut? Saat saya mengakses sosial sarana berkenaan postingan bencana alam ini, banyak sekali komentar masyarakat jadi berasal dari dukungan apalagi kata-kata yang tidak pantas. Beberapa netizen mengkritik kecuali masyarakat yang terkena musibah ini tidak berperilaku baik sebab mencuri. Apakah kalian menyadari mengapa mereka jalankan itu? Mereka jalankan itu untuk bertahan hidup demi sesuap nasi maupun seteguk air. Bantuan tidak dapat mereka menerima sebab akses jalan terputus. Mereka kedinginan, kelaparan dan kehausan. Mereka kegelisahan dan terus dilanda perasaan sedih sebab mereka juga mesti kehilangan orang-orang yang mereka kasihi. Apakah kita udah memberikan dukungan kepada mereka meskipun sedikit?
Terkadang manusia dapat lupa bakal dirinya dan keberadaannya. Terkadang manusia lupa bahwa segala apa yang mereka miliki adalah dukungan Tuhan yang saat kita meninggalkan dunia ini kita tidak bakal membawa apa-apa. Yang kita bawa sekedar pertanggung jawaban berasal dari apa yang kita jalankan semaa hidup kita yakni berbentuk tingkah laku baik maupun tingkah laku jahat. Jika kita masih sulit untuk memberi, ingatlah bahwa apa yang kita miliki merupakan milik Tuhan. Tuhan saja sudi memberikan berkat kepada kita, era kita yang udah menerima berkatnya tidak sudi turut memberikan berkat kepada sesama yang butuh bantuan? Ketika kita menghendaki memberi, mulailah berasal dari perihal kecil. Seperti menolong rekan kita yang butuh dukungan atau memberikan sedikit berkat kita kepada penegemis. Janganlah juga kita memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan bersama setengah hati dan bersama rasa paksaan. Sebab Tuhan tidak bakal sudi menerima apa yang kita berikan kepadaNya.
Memberi dan menerima adalah dua tingkah laku yang berbeda. Ketika kita menerima dukungan orang lain rasa suka bakal nampak dalam hati kita, tapi perihal yang lebih membahagiakan kembali adalah dapat berikan kepada sesama yang butuh dukungan bersama hati yang tulus dan ikhlas. Ketika kita sudi berikan artinya kita udah menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah milik Allah. Selain itu kita juga menyadari bahwa segala apa yang kita miliki adalah dukungan dariNya bagi kita anak-anakNya. Oleh sebab itu, marilah kita jadi berikan jangan teru sudi menerima dukungan saja. Ingatlah Tuhan bakal tetap memberikan berkat bagi kita yang tidak ternilai harganya. Tuhan Yesus memberkati.
Renungan 3
Sebuah Tanggung Jawab
Bacaan: Yunus 1:1-17
“Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, sebab kejahatannya udah hingga kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang bakal berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, selanjutnya naik kapal itu untuk berlayar bersama bersama mereka ke Tarsis, jauh berasal dari hadapan TUHAN. Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, selanjutnya terjadilah badai besar, agar kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.”
Yunus 1:1-4
Setiap orang tentu miliki tanggung jawab. Baik anak-anak maupun orang dewasa tentu miliki dan apalagi diberikan tanggung jawab. Semakin kita dewasa, tanggung jawab yang kita miliki bakal semakin besar dan lebih sulit dibandingkan anak kecil. Mungkin tanggung jawab seorang anak adalah belajar bersama sebaik-baiknya agar memperoleh nilai yang baik. Namun saat dewasa tanggung jawab itu jadi lebih besar dapat berbentuk tanggung jawab dalam pekerjaan maupun tanggung jawab dalam keluarga. Apakah kita udah mengerjakan tanggung jawab yang kita miliki bersama baik?
Sejak kita kecil kecil barangkali kita sering mendengar cerita Yunus. Yunus adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mewartakan kabar keselamatanNya kepada Niniwe.Namun, Yunus mencoba lari berasal dari tanggung jawab itu. Ia malah pergi dan bersembunyi ke Tarsis. Apakah Tuhan sudi bersama sikap Yunus? Tentu saja tidak. Tuhan beri salam Yunus bersama mendatangkan angin ribut dan hingga selanjutnya Yunus berada di dalam perut ikan 3 hari 3 malam lamanya.
Mungkin diatara kita pernah mengalami perihal yang sama seperti Yunus. Ketika kita miliki tanggung jawab atau dipercayakan sebuah tanggung jawab, kita kadang waktu mengusahakan lari berasal dari tanggung jawab itu dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Perlu diingat, setiap orang miliki tanggung jawabnya masing-masing dan itu mesti diselesaikan hingga akhir. Ketika kita miliki sebuah tanggung jawab dan saat jadi tanggung jawab yang kita melakukan itu sulit, mintalah bimbingan dan hikmat Tuhan agar kita dapat selesaikan tanggung jawab itu bersama baik sebab apa-pun yang kita jalankan di dalam namaNya tidak ada yang tidak mungkin.
Ketika kita miliki sebuah tanggung jawab atau komitmen baik dalam sekolah, perkuliahan, pekerjaan maupun pelayanan, selesaikanlah tanggung jawab itu. Janganlah seperti Yunus yang mencoba lari berasal dari tanggung jawab yang diberikan. Kita sebetulnya sebagai manusia seringkali berpikir bahwa tanggung jawab yang kita miliki sangat berat dan kita tidak sanggung untuk menyelesaikannya. Terkadang kita menyesal mengapa kita mesti menyita tanggung jawab itu. Ketika kita miliki tanggung jawab dalam pelayanan, kadang waktu kita lalai dan menomorduakan layanan yang harusnya kita lakukan. Apakah Tuhan suka kecuali kita bersikap seperti itu? Tentu saja Tuhan tidak senang. Semua tanggung jawab itu sama tidak ada yang lebih besar dan tidak ada yang lebih kecil. Ketika kita jadi letih dan meninggalkan tanggung jawab yang kita miliki mintalah hikmat dan penyertaan Tuhan. Tuhan tentu bakal memampukan dan menguatkan kita. Ketika kita jadi lalai, Tuhan tentu bakal beri salam kita bersama caraNya sebab Dia menghendaki kita menyelesaikannya hingga akhir.
Ingatlah bahwa kita semua miliki sebuah tanggung jawab yang berbeda-beda yang mesti kita selesaikan.Mintalah hikmat dan bimbingan Tuhan agar kita dimampukan untuk selesaikan tanggung jawab itu bersama baik. Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar