Senin, 01 Februari 2021

3 Renungan Malam Tentang Belajar, Dendam dan Nasib Hidup


Daftar Isi :



Renungan Malam 1 : Belajar berasal dari Samuel
Renungan Malam 2: Untuk Apa Menyimpan Dendam dalam Hatimu?
Renungan Malam 3 : Apa Nasib Hidup Kita Berbeda?




Renungan Malam 1

Belajar berasal dari Samuel

Bacaan: 1 Samuel 3:1-21



”Dan Samuel makin lama besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun berasal dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur. Maka tahulah seluruh Israel berasal dari Dan hingga Bersyeba, bahwa kepada Samuel udah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.”

1 Samuel 3:1-21



Samuel merupakan anak berasal dari Hana dan Elkana. Hana merupakan seorang perempuan yang sementara taat kepada Tuhan. Ketika usianya makin lama lanjut Hana belum dikaruniai seorang anak pun. Hati Hana jadi sedih dan sakit lebih-lebih setaip pergi ke tempat tinggal TUHAN, Penina istri Elkana yang lain menyakiti Hana. Setiap hari, baik pagi maupun malam, Hana berdoa kepada Tuhan sehingga ia bisa miliki seorang anak, lebih-lebih Hana bernazar kepada Tuhan, terkecuali Tuhan mengaruniakannya seorang anak laki-laki, ia dapat mempersembahkan anak itu jadi hamba Tuhan seumur hidupnya. Tuhan pun mendengar doa Hana dan Hana bisa memiliki kandungan dan melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamainya Samuel yang berarti “Aku udah memintanya berasal dari terhadap TUHAN.”



Setelah Hana menyapih Samuel, dia menitipkan anaknya itu kepada imam Eli sehingga iman Eli bisa edukatif Samuel jadi seorang hamba dan pelayan yang setia kepada Tuhan. Iman Eli memili dua orang anak yang bernama Hofni dan Pinehas. Namun, ke dua anak imam Eli miliki sikap yang buruk sehingga mereka tidak sudi di hadapan Tuhan. Mereka tidak menghiraukan setiap korban bakaran yang dibawa untuk Tuhan sehingga makin lama besarlah dosa mereka. Berbeda dengan Samuel. Di bawah asuhan imam Eli, Samuel tumbuh jadi seorang pelayan Tuhan. Pada sementara itu, firman mengenai Tuhan jarang disaksikan dan didengarkan serta penglihatan-penglihatan jarang terjadi. Imam Eli pun makin lama tua dan penglihatannya jadi kabur. Saat Samuel tidur di dalam bait Suci Tuhan, Tuhan memanggil Samuel. Namun, sebab Samuel belum mengerti bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan ia jadi datang ke imam Eli hingga Tuhan memanggil Samuel sebanyak tiga kali. Karena konsisten didatangi oleh Samuel, imam Eli jadi mengerti bahwa Samuel udah dipanggil oleh Tuhan sehingga ia menyuruh Samuel menjawab “Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar,” (1 Samuel 3:9). Lalu, Tuhan berkunjung kembali menghampiri dan memanggil Samuel dan Samuel menjawab seperti apa yang udah imam Eli katakan. Tuhan juga berfirman kepada Samuel bahwa Tuhan dapat menghukum Israel dan keluarga imam Eli sebab dosa yang udah ditunaikan oleh anak-anaknya dan ia tidak memaharahi mereka (1 Samuel 3:11-14).



Ketika pagi hari Samuel bangun, Samuel enggan untuk memberitahukan apa yang Tuhan katakan kepada imam Eli. Namun sebab perkataan imam Eli kepadanya, akhirnya Samuel memberitahukan apa yang dikatakan Tuhan kepadanya dan tidak menyembunyikan apa pun kepada imam Eli. Setelah berkata demikian, imam Eli tidak memarahi Samuel justru ia menyembah Tuhan dapat apa yang dikatakan Samuel kepadanya. Karena itu juga, Samuel makin lama besar dan Tuhan menyertai Samuel dan menemati janji-Nya (1 Samuel 3:19).



Dari cerita mengenai hidup Samuel, kita bisa memandang bahwa Samuel adalah seorang anak muda yang taat kepada perintah Tuhan. Ia tetap sudi studi dan taat dengan apa yang imam Eli katakan. Disini, imam Eli bisa kitalihat peranannya sebagai bapak angkat berasal dari Samuel. Meskipun bukan orang tua kandungnya sendiri, Samuel tetap mengasihi dan taat dengan apa yang dikatakan oleh imam Eli. Kita juga bisa memandang bahwa Samuel bisa memasang dirinya dan bisa mengerti apa yang jadi prioritas hidupnya. Sebagai anak muda, kita tentu mengerti bahwa perihal yang paling di idamkan adalah kesenangan duniawi serupa seperti yang Hofni dan Pinehas lakukan. Namun sebab permohonan duniawi mereka inilah, mereka hidup dengan tidak sudi di hadapan Allah dan lebih-lebih jadi perbincangan banyak orang sebab sikap buruk yang mereka tunjukkan. Ini menyatakan bahwa baik tua maupun muda mesti miliki prioritas dalam hidupnya. Manusia mana sih yang tidak sudi hidup dalam kesenangan? Namun, seluruh itu ada batasannya tersendiri. Tujuan hidup kita adalah untuk menggembirakan hati Tuhan. Kita boleh saja melacak kesenangan dunia ini, namun jangan hingga kita jadi jalankan perihal yang tidak sudi di hadapan-Nya dan justru jadi merugikan orang lain sebab sikap kita yang tidak baik. Tuhan memandang setiap apa yang kita lakukan. Bahkan Tuhan pun mengerti pikiran kita. Ia udah mengerti khususnya dahulu isi hati kita dan apa yang dapat kita perbuat selanjutnya. Ia menginginkan sehingga kita hidup jadi anak yang taat dan cemas pada-Nya dengan tidak tetap mendahulukan permohonan duniawi ini. Pada sementara ini kita dapat studi sikap yang dimiliki oleh Samuel.



Sikap-sikap yang bisa kita pelajari yaitu:



1. Menghormati orang tua

Sikap Samuel pertama yang bisa kita pelajari adalah menghormati orang tua atau menghormati orang yang umurnya jauh lebih tua dibandingkan kita meskipun kita belum mengenalnya. Seperti yang kita ketahui, imam Eli merupakan bapak angkat berasal dari Samuel, namun Samuel tetap menghormati imam Eli sebagaimana mestinya. Ini terbukti saat Tuhan memanggil Samuel, namun Samuel mengira yang memanggilnya adalah imam Eli, Samuel dengan cepat menghampiri imam Eli yang tengah terbaring lebih-lebih Samuel hingga berlari. Samuel pun dengan sigap menanyakan “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Ini tidak berjalan sekali namun hingga tiga kali. Meskipun imam Eli menjelaskan bahwa ia tidak memanggil Samuel, namun saat namanya dipanggil Samuel segera berlari menghampirinya. Ini menyatakan bahwa Samuel menghormati imam Eli.Apakah kita terhadap sementara ini udah bertindak seperti apa yang udah Samuel lakukan. Mungkin tidak seluruh dianta kita jarang untuk menghormati orang tua. Ketika orang tua kita memanggil, apakah kita segera berkunjung menghampiri panggilan itu? Yang ada kadang kala kita marah dan kesal khususnya dahulu. Mari terhadap sementara ini kita belajardari Samuel. Ia menghormati dan taat kepada orang tuanya meskipun itu bukanlah orang tua kandungnya. Bahkan dalam Keluaran 20:12 dikatakan demikianlah “Hormatilah ayahmu dan ibumu, sehingga lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”



2. Menentukan prioritas

Hal seterusnya yang bisa kita pelajari berasal dari Samuel yaitu, Samuel bisa mengetahu prioritas mana yang lebih mutlak dalam hidupnya. Sebagai manusia kadang kala kita lupa apa sebenarnya prioritas utama dalam hidup kita. Sebagai seorang pelajar kadang kala kita lupa bahwa prioritas kita adalah studi sehingga jadi menggunakan sementara yang dimiliki untuk bermain. Sebagai seorang pekerja, kadang kala kita lupa priorita kita dalam pekerjaan sehingga tidak bekerja secara maksimal. Dalam hidup, perihal yang mesti kita miliki yaitu sebuah prioritas. Prioritas amat mutlak dalam kehidupan kita sebab tanpa ada prioritas manusia dapat hidupseenaknya. Hal ini juga serupa seperti Hofni dan Pinehas yang tidak mengerti apa prioritas utama dalam hidup mereka. Karena inilah mereka hidup seenaknya dan jadi berbuat dosa sehingga hidupnya tidak kembali sudi di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah jadi sekarang kita mengerti apa sebenarnya prioritas utama dalam hidup kita sehingga kita bisa menyesuaikan kehidupan yang kita miliki.



3. melakukan tanggung jawab yang dimiliki dengan sepenuh hati

Setiap orang tentu miliki tanggung jawab dalam hidupnya. Tanggung jawab yang dimiliki setiap orang berbeda-beda tergantung berasal dari apa yang ia kerjakan. Namun, tidak seluruh orang bisa selesaikan tanggung jawab yang dimilikinya hingga selesai dengan baik. Pada sementara ini kita dapat studi berasal dari Samuel yang mengerjakan tanggung jawab yang ia miliki dengan sepenuh hati. Samuel merupakan pelayan Tuhan yang disebutkan bahwa Samuel tidur di dalam bait suci Tuhan atau di dalam tempat tinggal Tuhan. Dalam ayat 15 disebutkan bahwa Samuel tidur hingga pagi dan lantas dibukakannya pintu tempat tinggal Tuhan. Pada malam itu kita mengerti bahwa Samuel tidak bisa tidur sebab ia konsisten dipanggil oleh Tuhan, bisa saja Samuel bangun hingga siang sebab ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, Samuel tidak jalankan itu. Ia mengerti apa yang udah jadi tanggung jawabnya dan apa yang mesti dilakukannya. Ia tetap bangun pagi dan membkakan pintu tempat tinggal Tuhan. Apakah kita bisa seperti itu? Ketika kita miliki sebuah tanggung jawab, maka kerjakanlah tanggung jawab itu dengan sepenuh hati. Janganlah justru sebab alasan penat atau tetap mengantuk kita jadi meninggalkan tanggung jawab yang dimiliki.



4. Berbicara apa adanya

Hal yang paling sering ditakuti oleh seseorang adalah berkata apa ada kepada orang lain khususnya terkecuali perkataan tersebut diakui bisa menyakiti hati orang yang bersangkutan. Seseorang juga dapat cemas berkata apa ada mengenai dirinya sebab cemas orang lain menanggap dirinya rendah atau bisa meremehkannya. Namun, pernahkan kita berpikir dapat efek yang dapat ditimbulkan ke depannya terhadap seseorang terkecuali kita tidak sudi berkata apa ada atau berkata jujur? Misalnya saat orang tersebut jalankan kekeliruan dan kita tidak sudi berkata mengenai kesalahannya tersebut. Orang itu tentu dapat konsisten mengulangi kekeliruan yang serupa jadi bisa lebih kronis berasal dari sebelumnya. Oleh sebab itu, janganlah kita cemas berkata apa adanya. Selagi itu sebenarnya benar dan bisa melakukan perbaikan serta menegur seseorang, lakukanlah itu.



Pada hari ini kita diajarkan untuk lebih betul-betul mengerjakan tugas yang kita miliki. Kita mesti mengerti sebenarnya apa prioritas utama dalam hidup kita. Kita tidak boleh tetap mengejar kesenangan duniawi sebab itu adalah tindakan yang tidak dikehendaki oleh Allah. Selain itu kita diajar untuk memberikan suatu hal apa adanya. Jika sebenarnya pesan atau perkataan yang kita sampaikan bisa menyaiti hati atau merupakaan perkataan yang tidak menyenangkan, kita tetap mesti memberikan pesan itu sebab itu merupakan suatu kebenaran yang mesti disampaikan apa ada sehingga tidak boleh kita tambahi atau lebih-lebih kurangi. Janganlah justru kita cemas untuk memberikan kebenaran. Selain itu, kita juga mesti hidup dan dengar-dengarnya dapat panggilanNya. Untuk mengerti arti panggilanNya dalam hidup kita, kita mesti membangun sebuah pertalian yang dekat dengannya. Salah satu cara untuk bisa membangun pertalian yang dekat dengan Tuhan yaitu dengan berdoa dan membaca firman. Kiranya hidup kita terbekati oleh renungan ini. Tuhan Yesus memberkati.



Renungan Malam 

Renungan Malam 







Renungan Malam 2

Untuk Apa Menyimpan Dendam dalam Hatimu?

Bacaan: Kejadian 45:1-15



”Lalu dipeluknyalah leher Benyamin, adiknya itu, dan menangislah ia, dan menagis pulalah Benyamin terhadap bahu Yusuf. Yusuf mencium seluruh saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.”

Kejadian 45:14-15



Pernahkah saudara jadi disakiti oleh seseorang lebih-lebih oleh orang yang kamu kasihi atau lebih-lebih oleh keluarga kamu sendiri? Jika pernah, sudahkan malam ini saudara mengampuni mereka yang udah menyakiti saudara? Jika belum, apa alasan kamu untuk tidak mengampuni orang yang udah menyakiti saudara? Jika jawaban saudara adalah sebab orang tersebut udah jalankan kekeliruan yang serupa secara berulang dan tetap mengecewakan anada saat kamu udah memaafkannya sehingga terhadap sementara ini kamu tidak bisa memaafkannya, bukankah kamu justru jadi orang yang sementara perhitungan terhadap sementara ini? Memang manusia miliki batas kesabaran masing-masing namun bukankah dalam firman Tuhan udah dikatakan bagi kita untuk tetap memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Dalam Matius 18:21-22 dikatakan demikianlah “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, hingga berapa kali aku mesti mengampuni saudaraku terkecuali ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan hingga tujuh kali, melainkan hingga tujuh puluh kali tujuh kali.” Dalam Injil Matius ini udah mengerti dikatakan bagi kita bahwa kita mesti tetap mengampuni orang yang bersalah kepada kita.



Dalam praktiknya, memaafkan adalah suatu hal yang amat sukar dilakukan. Memaafkan orang yang amat dekat dengan kita justru lebih sukar lagi. Ketika orang paling dekat kita menyakiti kita, pertalian kita dengannya justru jadi rusak dan tidak sedekat dulu. Mungkin saja udah saling memaafkan, namun saat berdekatan jadi canggung untuk menegur dan dekat lagi. Perlu kita sadari, manusia merupakan makhluk yang sering kali berbuat dosa dan kesalahan. Tanpa kita sadari bisa saja sikap tingkah laku atau perkataan kita menyinggung orang lain dan orang lain membenci kita. Bukankah ini merupakan perihal yang harusnya kita sadari juga? Bukan hanya orang lain, bisa saja saja sikap dan tingkah laku kita juga menyinggung perasaan Tuhan. Namun, apakah saat kita jalankan kekeliruan Tuhan marah terhadap kita dan Ia meninggalkan kita begitu saja? Tidak. Tuhan tidak marah kepada kita, justru Ia menanti kita untuk berkunjung kepadaNya dan memohon ampun atas segala kekeliruan yang udah kita perbuat. Ia adalah Allah yang panjang sabar dan Allah yang tetap mengampuni dosa umat-Nya saat kita berkunjung dengan betul-betul ke hadapannya.



Pada sementara ini kita dapat studi berasal dari kisah Yusuf. Kita tentu udah sering mendengar kisah mengenai Yusuf, jadi berasal dari Sekolah Minggu hingga sementara Ibadah Minggu di Gereja. Namun, terhadap sementara ini kita dapat studi kembali mengenai kisah Yusuf. Yusuf merupakan anak berasal dari Yakub dan isteri yang dikasihinya Rahel. Yakub sangatlah menyayangi Yusuf sehingga seluruh saudara-saudaranya membenci Yusuf. Kebencian saudara-saudaranya makin tambah saat Yusuf menceritakan mimpinya. Ketika saudara-saudara Yusuf menggembalakan kambing domba, Yakub menyuruh Yusuf untuk mengantarkan makanan kepada saudara-saudaranya. Namun, kemauan baik Yusuf dibalas dengan kejahatan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka bermufakat untuk melacak cara bagaimana membunuh Yusuf. Ketika Yusuf datang, mereka segera menanggalkan jubah Yusuf dan membuangnya ke dalam sumur kosong yang tidak berair. Yusuf lantas dijual oleh saudara-saudaranya sehingga Yusuf bekerja kepada Potifar sebagai kepala pengawal raja. Penderitaan Yusuf tidak hingga disana saja. Ketika Yusuf bekerja kepada Potifar, isterinya menjebak Yusuf sehingga Yusuf mesti di penjara. Di dalam penjara Yusuf berjumpa dengan juru minuman dan juru roti. Karena hikmat Tuhan, Yusuf pun bisa menafsirkan mimpi ke dua orang itu dengan balasan Yusuf juga dapat dibebaskan berasal dari dalam penjara. Setelah juru minum bebas, ia justru meremehkan Yusuf. Tak berapa lama, Firaun bermimpi dan tidak ada seorang pun yang bisa menafsirkan mimpi Firaun terkecuali Yusuf. Karena hikmat yang udah Tuhan berikan kepada Yusuf, ia bisa menafsirkan mimpi Firaun dan akhirnya Firaun melantik Yusuf jadi penguasa atas seluruh Mesir. Ketika berjalan kelaparan di seluruh negeri, saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk membeli gandum kepada Yusuf. Saudara-saudaranya tidak mengerti bahwa Yusuf udah jadi penguasa. Di Mesir dan terhadap sementara ini mereka tengah berkata kepada Yusuf. Saat berjumpa dengan saudara-saudaranya kembali apa yang ditunaikan oleh Yusuf? Apakah Yusuf membenci dan menghukum saudara-saudaranya? Tentu tidak. Yusuf justru mengampuni saudara-saudaranya lebih-lebih Yusuf menangis dengan keras saat memandang saudara-saudaranya. Ini udah menyatakan bahwa Yusuf tetap mengasihi saudara-saudaranya meskipun mereka udah menyakiti Yusuf.



Kita terhadap sementara ini studi mengampuni berasal dari Yusuf. Ketiaka saudara-saudaranya menyakiti dia, membencinya, membuangnya lebih-lebih menjualnya, Yusuf serupa sekali tidak membenci saudar-saudaranya. Ia tetap mengasihi saudara-saudaranya dan konsisten merindukan mereka. Apa yang dialami Yusuf amat berat lebih-lebih jauh lebih berat daripada yang kita alami sementara ini. Namun apakah langkah bisa seperti Yusuf yang sudi mengampuni saudara-saudara yang udah menyakitinya? Kita sering kali terpaku terhadap perasaan kita saja. Kita sering lupa dapat apa yang harusnya kita perbuat saat ada orang yang menyakiti kita. Ketika ada seseorang yang menyakiti kita, kita justru menyimpan dendam terhadapnya dan tidak sudi mengampuni kesalahannya. Meskipun kita berkata udah memaafkan, namun kita tidak sudi dekat dengan orang itu lagi.



Adapun hal-hal yang bisa kita pelajari berasal dari Yusuf yaitu;



1. Mengasihi orang yang membencinya

Hal yang paling sukar ditunaikan adalah mengasihi orang yang tengah membenci kita. Jika ada orang yang membenci kita justru kita jadi ikut-ikutan membencinya. Pada sementara ini kita diajari oleh Yusuf bahwa kita mesti tetap mengasihi sesama kita meskipun orang itu membenci kita. Dari awal Yusuf udah tentu mengerti terkecuali saudara-saudaranya membenci dirinya. Ia pasi mengerti terkecuali sikap saudara-saudaranya tidak baik terhadapnya. Namun, itu tidak membawa dampak Yusuf membenci saudara-saudaranya, lebih-lebih Yusuf tetap mengasihi mereka dengan sepenuh hati. Apakah kita bisa seperti Yusuf? Jika belum bisa, yang mesti kita jalankan adalah berkunjung kepadaNya dan berdoa serta memohon penyertaanNya dalam hidup kita.



2. Memaafkan orang yang bersalah

Yang amat sukar ditunaikan adalah memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Jika udah disakiti hati kita tentu seakan tertutup untuk orang tersebut. Ketika orang tersebut mengalami kesusahan, kita tidak dapat membantunya sebab rasa hiraukan kita udah hilang. Saat berpapasan dengannya seolah-olah kita memandang suatu hal yang mesti kita singkirkan berasal dari hadapan kita. Bukankah terkecuali kita seperti itu sikap kita menyatakan bahwa kita bukanlah anak-anak Allah. Apa yang kita alami sementara ini tidaklah seperti Yusuf di mana ia hingga dijual oleh saudara-saudaranya. Namun apakah kita bisa seperti Yusuf yang tetap mengampuni saudara-saudaranya? Renungkanlah dalam diri dan hati saudara masing-masing. Sudahkan kita membukakan pintu maaf kepada orang-orang yang menyakiti hati anda?



3. Berdoa dan menghendaki penyertaan Tuhan selalu

Berdoa dan menghendaki penyertaan Tuhan adalah cara yang bisa kamu jalankan sehingga kamu bisa mengampuni orang yang udah menyakiti hati anda. Ketika kita menyerahkan seluruh hidup dan kehidupan ke dalam penyertaan Tuhan, Tuhan tentu dapat melembutkan hati kita dan kenakan hidup kita seturut dengan kehendaknya. Mengampuni tidaklah sukar untuk ditunaikan terkecuali kita sudi menghendaki penyertaan berasal dari Tuhan. Tidak ada hati yang amat kuat untuk Tuhan lembutkan. Tidak ada hidup yang amat sukar untuk Ia ubahkan. Semua itu kembali kembali kepada diri kita masing-masing apakah kita sudi diubahkan olehNya atau tidak.



Mengampuni bukan hanya hanya mengucapkan aku memaafkan segala kekeliruan yang udah kamu jalankan kepadaku. Mengampuni berarti sudi meremehkan kekeliruan itu dan sudi memulai suatu pertalian yang baru berasal dari awal. Jika terhadap sementara ini kita belum bia memaafkan seseorang, perihal yang mesti kita jalankan adalah berdoa dan menghendaki hikmatNya. Kita mesti berdoa kepada Tuhan sehingga Tuhan sudi melembutkan hati kita dan hati orang yang menyakiti kita. Tuhan melembutkan hati kita sehingga kita dimampukan untuk memaafkan kesalahn orang yang menyakiti kita. Kita berdoa kepada Tuhan untuk melembutkan hati orang yang menyakiti kita sehingga ia mengerti kekeliruan apa yang udah ia perbuat sehingga ia tidak dapat mengulangi kesalahannya kembali dan sudi beralih serta menghendaki maaf kepada orang-orang yang disakitinya. Meminta hikmat Tuhan berarti kita minta tuntunan Tuhan sehingga tidak ada amarah dalam diri kita sehingga kita bisa mengintropeksi diri. Berkata demikianlah sebenarnya ringan namun perihal yang paling sukar adalah melakukannya. Jika terhadap sementara ini kamu tetap jadi sukar untuk mengampuni, ingatlah bahwa Tuha udah mengampuni kekeliruan dan dosa saudara berapa kali pun keslahan yang kamu lakukan. Ia tetap mengasihi dan menyayangi saudara lebih-lebih Ia tidak dulu meninggalkan saudara sendirian. Mengampuni bukanlah kasus sementara melainkan kasus hati. Apakah hati kita udah siap untuk mengampuni atau belum. Tuhan Yesus memberkati.









Renungan Malam 3

Apa Nasib Hidup Kita Berbeda?

Bacaan: Pengkhotbah 9:1-12



”Inilah yang celaka dalam segala suatu hal yang berjalan di bawah matahari; nasib seluruh orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan lantas mereka menuju alam orang mati. Tetapi siapa yang juga orang hidup membawa harapan, sebab anjing yang hidup lebih baik berasal dari terhadap singa yang mati. Karena orang-orang yang hidup mengerti bahwa mereka dapat mati, namun orang yang mati tak mengerti apa-apa, tak ada upah kembali bagi mereka, lebih-lebih kenangan kepada mereka udah lenyap.”

Pengkhotbah 9:3-5



Apa yang paling kamu dalam hidup kamu sementara ini?



Kekayaan? Kepintaran? Kepopularitasan?



Keluarga yang bahagia? Atau bisa saja jabatan yang tinggi?



 Karena tidak benar satu atau kesemuanya itu yang kamu miliki, pernahkan kamu jadi bangga lantas menyombongkan diri terhahap yang lain? Atau bisa saja saat ada orang di bawah anda, menginginkan berteman dengan anda, kamu menolaknya dan berkata “kita tidak sama”. Ukuran persamaan Allah dengan manusia sangatlah jauh berbeda. Persamaan menurut manusia adalah saat seseorang miliki kekayaan, kepintaran atau jabatan yang sama. Karena itulah, manusia sering kali memandang nasib orang berbeda-beda. Karena apa yang dimilikinya terhadap sementara ini ia menganggap bahwa nasib baik yang udah Tuhan berikan. Ketika memandang orang lain miliki suatu hal di bawahnya kita justru menjelaskan nasib orang itu buruk.



Pada sementara ini, manusia menakar segala suatu hal yang berjalan terhadap dirinya atau apa yang ia miliki udah diatur oleh nasib. Bahkan tak sedikit orang memandang peruntungan nasib berdasarkan Shio atau Zodiak. Jika dalam ramalan menjelaskan nasibnya dapat buruk terhadap hari ini, orang tersebut justru enggan untuk nampak tempat tinggal dan bekerja. Bahkan tetap jadi cemas terkecuali ada suatu hal yang tidak di idamkan terjadi. Lain halnya terkecuali dalam ramalan dikatakan bahwa orang tersebut dapat mengalami nasib yang baik terhadap hari ini jadi berasal dari kasus kesehatan, keuangan, pekerjaan lebih-lebih asmara semuanya dikatakan baik. Orang tersebut dapat stimulan dalam meniti harinya sebab percaya nasib baik dapat berjalan padanya hari ini. Karena ramalan-ramalan yang belum tentu benar ini membawa dampak seseorang jadi lebih percaya kepada apa yang dibacanya dalam ramalan dibandingkan percaya dan berserah kepada Tuha.



Namun, apakah benar seluruh yang berjalan dalam kehidupan kita tergantung berasal dari nasib yang kita alami?



Saya dulu mendengar keluhan mengenai seorang ibu yang miliki suami penggangguran dan ia yang mesti membanting tulang demi menghidupi anak-anaknya. Ia konsisten mengeluh dan memperbandingkan kehidupannya dengan saya. Ada suara kecewa lebih-lebih marah dalam suaranya. Diakhir perbincangan lebih-lebih ibu itu menangis tersedu-sedu hingga anak yang digendongnya ikut menangis. Namun, ada satu perihal yang tidak bisa aku lupakan berasal dari perkataan ibu tersebut. Ibu tersebut bekata seperti ini “Kenapa nasib aku buruk seperti ini. Hidup aku berasal dari dulu hingga sekarang kok kesusahan terus. Kasihan aku tiap pulang kerja mesti memandang anak-anak aku yang menanti aku untuk dibuatkan makanan. Saya kerja banting tulang demi anak-anak menghendaki nasib anak aku tidak seperti orang tuanya.”  Setelah mendengar perkataan ibu tersebut, aku konsisten berpikir apakah benar Tuhan menciptakan seseorang dengan nasib yang berbeda-beda. Kegalauan aku tidak berhenti hingga disana. Beberapa kali aku memandang lebih-lebih mendengar seseorang berkata “ingin memengaruhi nasib”. Sebenarnya aku jadi perkataan Ibu tersebut atau orang-orang mengenai menginginkan memengaruhi nasibnya adalah tidak benar yang benar adalah menginginkan memengaruhi kehidupan. Setelah aku membaca Pengkhotbah aku mengerti bahwa nasib setiap orang yang Tuhan ciptakan adalah serupa sebab terhadap akhirnya kelak dapat kembali kembali kepada sang Pencipta.



Nasib hidup seseorang adalah kematian.

Memang sukar bagi kita untuk memengaruhi paradigma yang udah mengakar dalam penduduk terkecuali anggapan orang tersebut juga tidak ikut diubah. Berbicara mengenai nasib tidak ada habisnya. Bahkan ada suatu hal yang baru yang dapat kita temui terkecuali kita berkata mengenai nasib. Pada sementara ini kita tentu bisa memandang banyak orang  yang bangga dapat apa yang ia miliki terhadap sementara ini lebih-lebih orang tersebut jadi bangga dapat nasib yang dimilikinya hinga berkata kepada banyak orang. Orang yang mendengarnya lebih-lebih ada yang jadi nasibnya buruk sehingga jadi malas untuk bekerja sebab jadi hidupnya serupa saja. Padahal perihal yang mesti kita jalankan terhadap sementara ini adalah nikmati hidup yang udah Tuhan berikan bagi kita dan bekerja sebaik mungkin. Dalam Pengkhotbah 9:9-10 dikatakan demikianlah “Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, sebab itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam bisnis yang engkau jalankan dengan jerih payah di bawah matahari. Segala suatu hal yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, sebab tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau dapat pergi.”



Nasib seluruh orang itu serupa tidak ada yang berbeda sebab seluruh manusia dapat mati dan kembali kepada Bapa di Surga.



Dari terhadap konsisten berkata mengenai nasib yang tiada habisnya, lebih baik kita pahami dan mengerti khususnya dahulu apa sebenarnya kehidupan yang kita jalani itu.



1. Nasib seluruh orang sama

Seperti yang dikatakan sebelumnya, manusia terhadap sementara ini konsisten berkata mengenai nasib hidup yang menimpanya. Nasib hidup seluruh orang itu sama. Yang membuatnya nampak berbeda adalah manusia. Manusia kenakan kandungan nasib baik dan nasib buruk untuk menilai kehidupan seseorang. Padahal Tuhan udah memberi tambahan nasib yang baik bagi seluruh orang saat seseorang jadi nasibnya amat buruk di dunia ini, berarti orang tersebut tidak sudi berupaya dan bekerja untuk membawa dampak kehidupannya lebih baik. Seseorang seringkali terpaku terhadap ramalan ansib harian. Tidak sedikit orang jadi men-tuhankan ramalan sebab lebih mempercayai ramalan dibandingkan dengan mempercayai Tuhan. Jika konsisten berlanjut, kepercayaannya dapat ada Tuhan dapat makin lama menyusut dan membawa dampak seseorang jadi lupa kenapa Tuhan ada dalm hidupnya. Sekali lagi, nasib akhir hidup kita adalah kematian. Jadi, janganlah kembali kita membanding-bandingkan nasib aku dengan dia atau lebih-lebih nasih dia dengan saya. Sebab terkecuali kita konsisten membanding-bandingkannya bagaimana kita mengerti bahwa hidup kita ini adalah anugerah?



2. Menikmati hidup

Ketika kita diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan, janganlah kita jadi menggunakan hidup kita untuk membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain. “Wah sedap banget hidupnya gak kaya aku, nasib buruk aja konsisten yang aku dapetin.” Jika konsisten menganggap seperti itu bagaimana kita bisa nikmati dan mensyukuri kehidupan yang udah Tuhan berikan bagi kita. Yang Tuhan menginginkan adalah kita mensyukuri segala perihal yang berjalan dalam hidup kita dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang Ia berikan. Ia juga menginginkan sehingga setiap apa yang kita kerjakan, kita melakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga jangan setengah-setengah. Ketika seseorang bisa nikmati dan mensyukuri kehidupan yang dimilikinya, orang tersebut tentu dapat mengerti bahwa hidup yang udah diberikan Tuhan adalah indah ada meskipun terhadap sementara ini ia ada dalam suasana sukar sekalipun.



3. Kematian

Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan seorang manusia. Kematian yang tentu dapat berjalan merupakan nasib berasal dari setiap orang yang ada di bumi ini. Ketika seseorang udah mati, ia tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Rasa sakit, amarah, kesenangan dan kenangan udah dilupakannya. Ia tidak bisa merasakan kehangatan saat dengan dengan orang yang dikasihi. Ia juga tidak bisa bekerja seperti sementara semasa hidupnya. Kita tidak dapat dulu mengerti hingga kapan sementara yang diberikan Tuhan untuk dirinya. Kematian itu seperti pencuri yang waktunya tidak bisa kita tentukan. Hanya Tuhanlah yang bisa menentukannya. Ketika seseorang dapat mengalami kematian, ia mesti mempertanggung jawabkan apa yang udah ia perbuat semasa hidupnya kepada Tuhan baik itu merupakan tingkah laku baik ataupun tingkah laku jahat.



Apapun yang berjalan dalam kehidupan kita sementara ini, ingatlah bahwa bukan nasib yang menentukannya melaikan Tuhan yang menentukan dan mengaturnya. Jangan menyalahkan nasib lebih-lebih berupaya untuk merubahnya sebab nasih yang kita miliki tidak bisa kita rubah sebab bagaimana caranya sehingga kita bisa merubah kematian? Serahkanlah seluruh hidup dan kehidupan kamu kepada Allah sehingga kamu lebih bisa mensyukuri kehidupan yang udah Tuhan berikan. Jangan berhenti menghendaki dan berdoa kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar