Sabtu, 10 April 2021

Kumpulan Khotbah Kristen 2018-2019


KHOTBAH KRISTEN

Khotbah Kristen






Ketakutan


Bacaan: Mazmur 118:5-9




“Jangan risau pada apa yang mesti engkau derita! Sesungguhnya Iblis bakal melemparkan lebih dari satu orang berasal dari antaramu ke di dalam penjara sehingga anda dicobai dan anda bakal memperoleh ada problem selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku bakal mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”


Wahyu 2:10




Takut merupakan suatu respon pada suatu semangat khusus layaknya rasa sakit atau ancaman bahaya. Rasa risau merupakan tidak benar satu emosi dasar selain rasa marah, sedih dan bahagia. Dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu respon emosi seseorang pada suatu ancaman. Saya yakin kami seluruh sebagai manusia tentu dulu mengalami kecemasan atau rasa takut.




Rasa risau yang dialami tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung berasal dari responnya pada suatu kondisi tertentu. Ketika rasa risau menguasai seseorang, biasanya orang itu tidak dapat berpikir bersama dengan logis.




Ketika kecemasan muncul, adakalanya seseorang dapat mengambil alih langkah yang tidak cocok bersama dengan Firman Tuhan.




Misalnya saja kala seseorang risau oleh binatang dan tersedia binatang yang tidak disukainya mengejar, orang selanjutnya bakal mengeluarkan umpatan atau kata kasar lainnya. Ketika seseorang risau bakal hari esok gara-gara mesti membayar hutang orang selanjutnya bakal melacak langkah untuk memperoleh uang jikalau saja bersama dengan mencuri.




Sayapun dulu mengalami rasa risau dan kala rasa risau itu semakin membesar akhirnya aku mesti berbohong untuk menutupi kecemasan yang aku rasakan.




Lalu sebetulnya mengapa seseorang dapat merasa takut?




Seseorang dapat merasa risau gara-gara merasa tengah berhadapan bersama dengan suatu hal lebih-lebih seseorang yang jauh lebih kuat, jauh lebih besar dan jauh lebih besar dibandingkan bersama dengan dirinya. Orang selanjutnya merasa dirinya lemah, kecil, tidak berdaya dan tidak punyai apa-apa itu menandingi atau mengalahkan suatu hal yang membuatnya ketakutan. Bisa aku suatu hal atau seseorang itu lakukan ancaman atau serangan pada diri kami sehingga kami merasa di dalam bahaya dan sekuat tenaga berusaha untuk merawat diri berasal dari ancaman tersebut. Misalnya saja kala seseorang divonis oleh dokter bahwa ia punyai penyakit beresiko dan usianya tinggal dua bulan lagi.




Apa yang bakal dilaksanakan oleh orang itu?




Pasti orang itu bakal kecemasan dan berusaha semaksimal kemungkinan lebih-lebih sudi mengeluarkan banyak uang sehingga penyakitnya dapat pulih dan ia dapat hidup lebih lama lagi. Beda halnya kecuali orang selanjutnya cuma mengalami demam atau flu.




Orang selanjutnya tentu tidak bakal merasa risau dan masih tenang di dalam menghadapinya.




Mengapa dapat begitu?




Ini gara-gara apa yang dialami dan dirasakan bukanlah suatu hal yang besar dan mengancam diri kita. Dalam Lukas 12:4-5 dikatakan demikianlah “Aku berbicara kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah anda risau pada mereka yang dapat membunuh tubuh dan lantas tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku bakal memperlihatkan kepada anda siapakah yang mesti anda takuti. Takutilah Dia, yang sehabis membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke di dalam neraka. Sesungguhnya Aku berbicara kepadamu, takutilah Dia!” Dalam ayat selanjutnya sudah menyadari disebutkan bahwa kami tidak mesti risau bakal apapun. Yang mesti kami takuti adalah Tuhan Allah kami yang berkuasa atas hidup dan kehidupan kita.




Macam-macam Ketakutan



Setiap manusia tentu saja bakal mengalami rasa takut. Rasa risau itu lumrah dan sebetulnya diperlukan untuk memberitahu kami bakal terdapatnya suatu bahaya sehingga bersama dengan terdapatnya rasa risau kami menjadi waspada bakal suatu hal. Namun, kala kecemasan itu sudah terlampau menguasai kita, kami mesti mencoba menghilangkannya gara-gara kecemasan dapat membahayakan kesegaran kami kecuali rasa risau itu sudah tidak wajar. Berikut ini merupakan macam-macam kecemasan yang sebaiknya kami buang.




1. Takut gagal



Manusia tentu risau untuk gagal. Ketika mencoba suatu hal yang baru perihal yang tentu terlihat di dalam pikiran manusia yaitu kegagalan. Jika kami konsisten merasa risau gagal sebelum akan mencobanya lantas kapan kami bakal berkembang? Jika kami terlampau risau untuk gagal maka anda bakal kecewa bersama dengan hasil yang bakal didapatkan nantinya. Sama halnya bersama dengan Musa. Ketika Tuhan mengutus Musa untuk membiarkan bangsa Israel, Musa sangsi dan merasa takut. Bahkan Musa berbicara “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus. (Keluaran 4:13)” Ketika Musa berbicara demikian, Tuhan pun marah dan menyuruh pergi bersama dengan kakaknya Harun. Pasti diantara kami termasuk tersedia yang layaknya Musa merasa risau sebelum akan mencoba. Namun, perihal yang mesti kami percayai adalah Tuhan senantiasa menyertai kami dan segala pekerjaan yang kami lakukan.




Oleh gara-gara itu, janganlah kami risau gagal cuma gara-gara kami merasa diri kami lemah dan tidak punyai potensi.




2. Takut untuk berubah



Perubahan adalah suatu hal yang perlu bakal kami alami. Ketika seseorang risau untuk berubah, artinya orang selanjutnya risau untuk berkembang. lukan Perubahan bukanlah suatu hal yang mesti ditakutkan. Justru pergantian kami perlukan untuk bertumbuh dab berkembang. Berubah yang kami jalani haruslah pergantian ke arah yang positif. Dalam perihal ini berubah mesti menjadikan kami pribadi yang lebih baik lagi dibandingkan sebelumnya. Kita mesti belajar berasal dari Paulus. Paulus saja berani merubah hidupnya kala Tuhan memanggil dia untuk melayaniNya, lantas apakah kami senantiasa risau untuk berubah?




3. Takut bakal era lalu



Tidak sedikit diantara kami risau bakal era lalu. Masa lantas seolah menjadi kenangan tidak baik dan momok menakutkan yang menghantui kehidupan kita. Terkadang era lantas itulah yang menyebabkan kami tidak berkembang gara-gara konsisten menyalahkan diri sendiri atas era lantas yang terjadi. Lukas 19:1-10 bercerita perihal Zakheus. Ia merupakan kepala pemungut cukai dan banyak orang memanggil Zakheus sebagai orang berdosa.




Namun, apa yang dilaksanakan Zakheus?




Zakheus senantiasa melangkah maju dan berusaha untuk memandang Yesus. Ia berusaha untuk senantiasa melangah lebih-lebih kala orang lain menganggapnya sebagai manusia berdosa. Masa lantas bukanlah penghalang bagi Zakheus untuk yakin kepada Allah. Kitapun termasuk mestinya layaknya itu. Jangan jadikan era lantas sebagai alasan untuk tidak maju dan berkembang. Bukankah era depan jauh lebih perlu berasal dari era lalu?




4.Takut diremehkan orang lain 



Perasaan risau ini bakal menyebabkan seseorang menjadi kurang yakin diri. Orang selanjutnya bakal minder dan tidak berani untuk melangkah. Mari kami ingat lagi perihal kisah Daud yang melawan Goliat. Saat Daud berbicara kepada Saul untuk melawan Goliat apa respon Saul?




Saul malah meremehkan Daud “Tidak kemungkinan engkau dapat hadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, gara-gara engkau masih muda, tengah dia sejak berasal dari era mudanya sudah menjadi prajurit. (1 Samuel 17:33)” Jika kami tersedia diposisi Daud pada kala itu apakah yang bakal kami lakukan? Mungkin kami kan merasa minder lantas berbicara “Ah iya benar katamu, kecuali begitu lebih baik aku diam saja.” Beda halnya bersama dengan Daud. Ia senantiasa yakin pada dirinya sendiri lebih-lebih senantiasa maju untuk melawan Goliat. Karena penyertaan Tuhan pula Daun menang dan dapat mengalahkan Goliat. Kitapun termasuk mesti layaknya itu.




Jangan risau kala orang lain meremehkan kita. Buktikanlah kecuali kami dapat lakukan apa yang tidak kemungkinan bagi mereka.




5. Takut bakal penolakan


Setiap orang baik aku maupun anda tentu risau bakal namanya penolakan. Entah itu risau ditolak oleh pekerjaan yang diinginkan, risau ditolak di dalam suatu komunitas ataupun risau ditolak oleh orang yang dikasihi. Perasaan risau ini sering kadang menyebabkan seseorang berusaha untuk tidak memperlihatkan kekurangannya lebih-lebih tersedia pula yang berusaha untuk menjadi orang lain. Yesuspun dulu ditolak kala berada di Nazaret.




Namun apa yang dilakukanNya?




Ia tidak risau lebih-lebih tidak gentar sedikitpun. Apapun yang berjalan serahkanlah seluruhnya kepada Tuhan. Ketika seluruh orang menolakmu lebih-lebih duniapun menolakmu, ingatlah bahwa Tuhan bakal senantiasa menerimamu bagaimanapun keadaanmu.




6. Takut untuk memilih



Setiap orang tentu bakal senantiasa dihadapkan oleh suatu pilihan. Dari kala mengakses matanya, manusia bakal dihadapkan oleh dua lebih-lebih lebih pilihan yang mesti dipilih. Namun, kami sering kadang masih risau untuk memilih. Kita risau pilihan yang kami ambil justru itu bukanlah pilihan yang baik. Jika kami merasa risau untuk memilih, marilah kami minta hikmat Tuhan sehingga kami dapat memilih yang baik seturut bersama dengan kehendakNya.




7. Takut punyai mimpi



Setiap orang tentu punyai mimpi. Sejak kecil kemungkinan diantara kami banyak yang punyai mimpi. Namun, tak sedikit termasuk diantara kami risau untuk bermimpi. Bermimpi bakal suatu perihal bukanlah perihal yang salah. Bahkan tersedia pepatah yang berbicara demikianlah ”Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau bakal jatuh diantara bintang-bintang.” Yakub bermimpi untuk dapat menikahi Rahel sampai ia bersedia bekerja pada Laban tujuh tahun lamanya. Setelah tujuh tahun apa yang terjadi? Laban malah mengimbuhkan Lea anaknya yang lain. Namun gara-gara cintanyakepada Rahel iapun bekerja lagi selama tujun tahun lamanya. Karena pengharapan dan sikap yang tidak enteng menyerah yang dimiliki oleh Yakub akhirnya Yakub dapat menikahi Rahel. Jika kami sebetulnya punyai mimpi, jangan risau dan kejarlah mimpi itu sampai mendapatkannya. Karena menyerah kepada mimpi yang kami punyai bukanlah suatu ketentuan yang tepat.




8. Takut bakal era depan



“Karena era depan sungguh ada, dan harapanmu tidak bakal hilang. (Amsal 23:18)” Disini menyadari tertulis bahwa era depan sungguh tersedia gara-gara Tuhan sudah menanggung era depan kita. Sebagai manusia sering kadang kami risau bakal era depan yang menanti kita. Kita risau bakal apa yang bakal berjalan dikemudian hari gara-gara pada hari ini kami merasa tidak sangguh dan lemah.




Terkadang kami merasa tidak punyai era depan sehingga kami memilih untuk tidak lakukan apa-apa. Namun di dalam ayat selanjutnya menyadari dikatakan bahwa era depan sungguh tersedia bagi kami seluruh yang yakin kepadaNya. Bangsa Israel kala tersedia di padang gurun termasuk dulu merasa demikian. Ketika mereka di padang gurun, di belakang mereka terdapat pasukan Mesir yang siap untuk membunuh mereka.




Namun, di depan mereka tersedia laut Teberau yang tidak kemungkinan dapat mereka lewati.




Karena diperhadapkan di tengah kondisi yang tidak memungkinkan ini, bangsa Israel menjadi takut. Yang tersedia di pikiran mereka adalah kematian yang mengerikan dan mereka tidak punyai harapan lagi untuk era depan mereka. Mereka lupa bahwa Tuhan senantiasa menyertai mereka di padang gurun. Pada siang hari Tuhan menyertai mereka bersama dengan tiang awan dan pada malam hari Tuhan menyertai mereka bersama dengan tiang api. Ketika kami menyerahkan era depan kami kepada Tuhan sepenuhnya, kami tidak mesti risau bakal era depan itu gara-gara Tuhan tentu bakal sedia kan era depan yang indah bagi anak-anakNya.




Cara Untuk Mengatasi Rasa Takut


Ketakutan yang dimiliki oleh manusia tentu saja mesti diatasi. Lalu bagaimana langkah kami untuk mengatasinya?




1. Memiliki Iman di di dalam Yesus



Dalam Matius 8:26 Yesus bertanya kepada murid-muridNya “Mengapa anda takut, anda yang kurang percaya?” Sekarang mari balikkan pertanyaan itu kepada kita. Jika Tuhan bertanya layaknya itu apa yang bakal kami jawab? Ketika kami punyai iman kepada Yesus, kami tentu tidak bakal risau untuk menjalani hidup ini. Kita bakal yakin bahwa Tuhan bakal pelihara dan menyertai kami kapanpun dan dimanapun kami berada.




2. Memiliki loyalitas sampai akhir kepada Yesus



Dalam Wahyu 2:10 Yesus menyuruh kami untuk setia sampai mati kepadaNya. Ketakutan yang kami rasakan merupakan rancangan Iblis untuk hindari kami berasal dari Allah. Ketika manusia merasakan rasa takut, manusia bakal lakukan tindakan yang tidak sudi dan seturut firmanNya. Oleh gara-gara itu, marilah kami memperlihatkan loyalitas kami kepada Allah sampai akhir hidup kita. Jangan biarkan iblis berhasil mengatasi kami berasal dari kasih Allah cuma rasa risau yang kami miliki.






Memang benar kecuali kecemasan merupakan perihal yang tidak dapat dipisahkan di dalam diri manusia. Rasa risau itu lebih-lebih dapat saja terlihat tiap-tiap hari di dalam kehidupan manusia. Baik sebetulnya punyai rasa risau gara-gara rasa risau merupakan respon kami pada suatu kondisi yang dapat membahayakan bagi kita. Namun, kecuali kami konsisten membiarkan kecemasan itu menguasai diri kami justru kecemasan itu bakal menyebabkan kami tidak dapat melangkah maju ke depan.




Ketakutan itu bakal menghambat kami untuk dapat merasakan kasih dan kuasa Allah. Jika kami risau bakal hari esok atau bakal era depan yang bakal kami hadapi kelak, ingatlah bahwa Tuhan sudah menanggung era depan kita. Bahkan di dalam Matius 6:34 disebutkan demikianlah “Sebab itu janganlah anda cemas bakal hari besok, gara-gara hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”




Hari esok yang kami jalani sudah Tuhan atur. Satu perihal yang mesti diingat bahwa di dalam segala kondisi lebih-lebih di dalam kondisi terburuk samasekali Tuhan senantiasa menyertai kita. Jangan merasa kami sendirian dan tidak punyai siapa-siapa. Tuhan senantiasa beserta kami disetiap detik kehidupan kita, lebih-lebih sehelai rambut yang kami punyai Tuhan menyadari jumlahnya.




Jangan biarkan kecemasan yang kami punyai justru menghambat kami untuk merasakan kasih Bapa. Agar kami tidak merasa takut, senantiasalah dekat denganNya gara-gara ketenangan bakal kami dapatkan kecuali kami senantiasa dekat denganNya.




Ketika kecemasan konsisten ada, kecemasan cuma menyebabkan kami lemah dan kalah sebelum akan mencoba lebih-lebih kami bosa menjadi lupa bakal kehadiran penyertaan Tuhan. Mari kami membuang rasa risau itu. Kita gantikan kecemasan yang kami punyai bersama dengan keberanian berasal dari Allah. Daripada kami risau bakal hari esok atau bakal apa yang bakal berjalan bersama dengan diri kami lebih baik kami gantikan bersama dengan rasa risau kami kepada Tuhan. Ketika kami punyai rasa risau kepada Tuhan, kami bakal berusaha untuk menggembirakan hatiNya dan berlaku seturut denganNya. Bukankan risau bakal Tuhan yang sebetulnya diinginkan olehNya? Tuhan Yesus memberkati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar