Jumat, 16 April 2021

101 Ayat Alkitab Tentang Kematian Dan Pengharapan


Ayat Alkitab Tentang Kematian Dan Pengharapan
AYAT ALKITAB TENTANG KEMATIAN


Kematian

Bacaan: 2 Korintus 5:1-10



“Karena kami tahu, bahwa kalau kemah tempat kediaman kami di bumi dibongkar, Allah udah sedia kan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”

2 Korintus 5:1



Setiap manusia tentu kelak akan mengalami kematian sebab tidak tersedia satupun manusia yang bisa hidup kekal di bumi. Ketika manusia ulang ke tempat tinggal Bapa di sorga, ia akan meninggalkan seluruh yang ia memiliki di dunia. Harta lebih-lebih jabatan tidak bisa menghentikan kematian yang udah menunggu kita. Waktu Tuhan layaknya pencuri supaya kami kudu berjaga-jaga supaya kelak kami bisa tinggal bersama di tempat tinggal Bapa di kehidupan yang kekal. Dalam Wahyu 3:3 menyadari disebutkan demikian “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau udah terima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena kalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang layaknya pencuri dan engkau tidak menyadari pada saat manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.”



Waktu kematian kami tidak tersedia yang mengetahuinya. Tuhan akan menjemput kami layaknya pencuri.Bisa saja Tuhan menjemput kami hari ini atau lebih-lebih besok. Sudah ditetapkan bahwa setiap orang tentu akan mengalami kematian.



Namun, seringkali manusia tidak menyadari akan kematian yang akan menantinya kelak. Seringkali manusia tidak menghargai hidup yang dimiliki pada saat ini. Masih banyak di antara kami yang berpikir bahwa akan bertobat kalau udah usia lanjut.



Yakinkah kami bahwa kami akan hidup sampai usia lanjut? Hidup adalah kesempatan yang Tuhan berikan bagi kami untuk mendekatkan diri kami kepadaNya dan menyadari apa maksud dan target Tuhan didalam hidup kita. Ketika seseorang divonis dokter kalau hidupnya akan bertahan sepanjang 30 hari ulang apa yang aan dijalankan oleh orang tersebut?



Pastinya orang selanjutnya akan bertobat dan menjalani sisa hidupnya sebaik mungkin.



Apakah kami kudu sepeti itu terutama dahulu supaya kami bisa menjalani dan nikmati kehidupan yang Tuhan berikan?



Kematian merupakan akibat dari dosa. Dalam Roma 6:23a udah disebutkan demikian “Sebab upah dosa ialah maut;”. Karena seluruh manusia berbuat dosa, berarti manusia akan mengalami kematian Ada dua type kematian yang kudu kami ketahui. Kematian pertama yaitu kematian fisik dan kematian yang kedua yaitu kematian rohani.



1. Kematian Fisik


Kematian fisik merupakan pembelahan jiwa dari tubuh. “Sebab itu, sama layaknya dosa udah masuk ke didalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu termasuk maut, demikian maut itu udah menjalar kepada seluruh orang, sebab seluruh orang udah berbuat dosa.” Roma 5:12. Setiap kami tentu akan mengalami kematian fisik kelak. Kematian ini diakibatkan oleh dosa manusia. Ketika manusia pertama yaitu Adam dan Hawa jatuh ke didalam dosa, mereka kehilangan kasih dari Allah. Mereka diusir dari taman Eden dan akhirnya mereka mengalami kematian secara fisik. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus-pun mengalami kematian secara fisik.Namun yang menbedakannya bersama Adam dan Hawa yaitu Yesus mengalami kematian bukan sebab dosa melainkan untuk menebus orang yang berdosa. Namun kemudian Yesus menyatakan kuasaNya atas maut dan dosa bersama bangkit dari pada orang mati pada hari yang ketiga. Kita seluruh sudah pasti termasuk akan mengalami kematian fisik kelak. Kematian akan datang di saat yang tidak kami ketahui. Oleh sebab itu, bertobatlah dan percayalah bahwa kami akan bersama di tempat tinggal Bapa di sorga kelak. Yesus udah mati di kayu salib untuk menyelamatkan kami supaya kami tidak jatuh ke didalam maut.



2. Kematian Rohani



Kematian rohani merupakan pembelahan jiwa dari Allah. Kematian rohani timbul akibat dilakukannya sebuah dosa. Kematia ini menyebabkan hubungan kami bersama Allah menjadi jauh. Setelah Adam dan Hawa melaksanakan dosa, hal yang mereka dapatkan yaitu kematian rohani. Kematian rohani menyebabkan mereka bersembunyi dari Allah sehabis mereka jatuh ke didalam dosa. “Ketika mereka mendengar bunyi cara TUHAN Allah, yang berjalan-jalan didalam taman itu pada saat hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu pada TUHAN Allah di pada pohon-pohonan didalam taman.” Kejadian 3:8. Ketika seseorang udah mengalami kematian rohani, hubungannya menjadi jauh bersama Tuhan. Ia tidak akan merasakan kasih Tuhan didalam hidupnya. Kematian rohani termasuk menyebabkan hilangnya kemuliaan Allah. Orang yang mengalami kematian rohani akan meninggalkan Allah dan tidak percaya ulang kepadaNya.



Bagi umumnya orang, kematian merupakan suatu hal menakutkan yang kalau bisa lebih baik dihindari. Namun bagi kami orang yang percaya kepadaNya, kematian justru akan membawa hidup kekal bersama Bapa di sorga. Dalam Ibrani 9:27-28 disebutkan demikian ”Dan sama layaknya manusia ditetapkan untu mati hanya satu kali saja, dan sehabis itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menjamin dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali ulang tanpa menjamin dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” Manusia tentu akan mengalami sekali saja kematian. Namun, bagi mereka yang udah terima anugerah keselamatan, justru kematian akan membawanya kepada hadirat Yesus dan terima apa yang udah diperbuatnya semasa hidupnya. Ini tertulis didalam 2 Korintus 5:10 “Sebab kami seluruh kudu menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai bersama yang dilakukannya didalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”



Di didalam Alkitab, kami akan menyadari mengenai keberadaan manusia lebih-lebih mengenai kematian yang menantinya serta apa yang akan terjadi sehabis kematian.



Adapun hal-hal yang akan kami ketahui yaitu:



1. Darimana manusia terbentuk



Tuhan membentuk manusia dari debu dan tanah lantas menghembuskan nafas hidup ke didalam hidungnya supaya manusia bisa hidup layaknya saat ini (Kejadian 2:7).Tuhan membentuk manusia dari debu dan tanah sebab Tuhan ingin membentuk kami seturut kehendakNya dan menyadarkan kami bahwa kami adalah makhluk yang lemah yang tidak bisa hidup tanpa penyertaan Tuhan.



2. Kemana manusia sehabis mati


Setelah manusia mati, tubuhnya akan ulang menjadi debu dan tanah ulang namun rohnya akan ulang kepada Allah. Ini menyadari tertulis didalam Pengkhotbah 12:7 ”dan debu akan ulang menjadi tanah layaknya awal mulanya dan roh ulang kepada Allah yang mengaruniakannya.”



3. Akan tersedia penghakiman dari Allah pada akhir zaman


Pada akhir zaman, manusia akan dihakimi menurut apa yang udah diperbuatnya. Entah baik atau jahat seluruh akan dituliskan dan dihakimi oleh Yang Maha Kuasa (Pengkhotbah 12:14).. Orang yang udah mati akan dibangkitkan kembali. Akan tersedia yang memperoleh kehidupan kekal bersama Bapa dan tersedia pula yang tidak akan memperoleh kasih Bapa di sorga kelak (Daniel 12:2). Semua itu akan ulang ulang kepada kita. Oleh sebab itu haruslah kami mensyukuri dan melakukan tindakan baik semasa hidup kami supaya kami memperoleh hidup yang kekal di sorga kelak.



Kita seluruh tentu akan mengalami kematian. Kita tidak bisa menampik kematian yang menunggu kita. Waktu Tuhan layaknya pencuri. Oleh sebab itu, kami kudu berjaga-jaga senantiasa didalam hidup ini. Janganlah kami bertobat kalau dirasa kudu bertobat. Bertobatlah jadi hari ini sebab tidak tersedia yang menyadari kapan Tuhan akan menjemput kita. Sebagai orang percaya, kami tidak boleh was-was akan kematian sebab kami tentu akan hidup bersama Bapa di sorga kelak. Tuhan Yesus memberkati.



AYAT ALKITAB TENTANG PENGHARAPAN


Kaulah Sumber Pengharapanku

Bacaan: Roma 8:18-25



“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di didalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur ulang kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Mazmur 42:5



Setiap kami tentu memiliki harapan. Harapan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda bergantung dari keperluannya. Mengapa tidak sama bergantung keperluannya?



Ini sebab orang yang berharap tentu tersedia suatu hal yang diperlukan atau suatu hal yang hendah dicapai. Misalnya seseorang yang sakit memiliki harapan untuk disembuhkan, seseorang yang tengah melacak pekerjaan berharap langsung menemukan perkerjaan atau bisa termasuk seorang siswa yang studi bersama sugguh-sungguh berharap ia bisa mengerjakan soal ujian supaya nilai yang diperolehnya bagus.



Baik anak muda sampai orang dewasa tentu memiliki harapan. Semakin dewasa, harapan seseorang akan suatu hal hal semakin besar. Tanpa harapan seseorang tentu jadi hidupnya monoton tanpa tersedia target yang kudu diperjuangkan. Harapan orang pun tersedia yang baik dan tersedia yang tidak baik. Ketika kami berharap seseorang mengalami musibah sebab kami tidak puas kepadanya bukankah itu merupakan sebuah harapan yang tidak baik?



Perlu diingat, harapan yang baik adalah harapan yang tidak menjatuhkan orang lain. Efesus 1:18 berbicara demikian “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, supaya kamu menyadari pengharapan apakah yang terkandung didalam panggilan-Nya; betapa kayanya kemuliaan anggota yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,”



Allah berharap kami supaya kami berpegang teguh kepada pengharapan. Ketiaka kami jadi suatu pengharapan itu sia-sia dan tidak bisa saja terjadi, Ia mengehendaki kami supaya senantiasa percaya kepadaNya dan menjadikan pengharapan yang kami mengharapkan itu menjadi suatu hal yang pasti. Dengan kami berharap padaNya kami akan bisa menghadapi dan melalui setiap permasalahn hidup bersama iman dan kesabaran untuk memperoleh anggota yang dijanjikan olehNya. “Ia mendidik kami supaya kami meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingan duniawi dan supaya kami hidup bijaksana, adil dan beribadah di didalam dunia sekarang ini bersama menantikan penggenapan pengharapan kami yang penuh puas dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kami Yesus Kristus,”



Yang kudu kami ketahui adalah pengharapan butuh ketekunan.



Ketekunan layaknya apa yang diperlukan?



Kita melihat kisah Abraham dan Sara. Abraham dan Sara merupakan pasangan suami istri yang menantikan hadirnya seorang anak di tengah-tengah kehidupan mereka. Pada usia Abraham tujuh puluh lima tahun, Tuhan berjanji padanya bahwa ia akan memiliki keturunan. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari tempat tinggal bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan menyebabkan engkau menjadi bangsa yang besar, dan akan memberkati engkau serta menyebabkan namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engaku, dan olehmu seluruh kaum di wajah bumi akan mendapat berkat.” Kejadian 12:1-3.



Namun sehabis Tuhan berjanji demikian, Abraham kudu menunggu supaya janji Tuhan itu tergenapi. Abraham kudu menunggu sepanjang dua puluh lima tahun sampai akhirnya ia bisa memiliki Ishak. Apakah sepanjang Abraham menunggu janji Tuhan tergenapi pengharapan Abraham menjadi hilang? Tentu saja tidak. Ia senantiasa berdoa, berharap lebih-lebih mengucp syukur kepada Allah. Kita termasuk kudu layaknya Abraham. Meskipun apa yang kami mengharapkan belum Tuhan wujudkan saat ini janganlah kami tambah kehilangan pengharapan kita. Yang menyebabkan kami senantiasa bisa berharap adalah Iman. Dalam Ibrani 11:1 dikatakan demikian “Iman adalah dasar dari segala suatu hal yang kami mengharapkan dan bukti dari segala suatu hal yang tidak kami lihat.” Dengan memiliki iman, kami akan senantiasa bisa berharap kepadaNya kendati kami kudu menunggu saat yang lama.





Seringkali kami sebagai manusia senantiasa kehilangan pengharapan dan kendali atas diri kita. Ketika Tuhan belum menjawab doa yang menjadi harapan kita, kami tambah kecewa lebih-lebih menyalahkanNya. Tak sedikit dari kami justru tambah mengandalkan kapabilitas kami lebih-lebih orang lain ketika Tuhan belum mengimbuhkan jawaban atas doa kita. Kita tambah tersedia didalam suatu fase tidak percaya akan kuasa Allah. Kita tetap menanyakan dimana janji Tuhan dan dimana Tuhan. Kita tetap menanyakan mengapa apa yang kami ingini belum terwujud. Manusia sebetulnya kadangkala egois. Ia tetap menuntut dan sesuaikan Tuhan apa yang kudu Tuhan perbuat didalam kehidupannya. Bukankah semestinya Tuhanlah yang sesuaikan hidup kita? Ketika apa yang terjadi didalam kehidupan kami tidak sesuai bersama harapan dan keinginan kami apa yang kami lakukan? Kita termasuk marah kepada Tuhan. Setiap apa yang terjadi didalam kehidupan kami tidaklah senantiasa baik. Ada kalanya kehidupan yang kami jalani jadi berat dan kami tidak menemukan jalur keluarnya. Tuhan mengijinkan seluruh itu terjadi sebab Tuhan ingin mendidik kami dan Tuhan ingin kami berharap padaNya.



Saya pernah mendengar sebuah kesaksian dari seorang pendeta ketika berkhotbah. Pendeta itu bersaksi kalau pernah ia merupakan seorang yang tidak percaya akan Tuhan. Ia tidak percaya akan kuasa Tuhan Yesus. Namun, bersamaan berjalannya waktu, Tuhan memakai kehidupan beliau bersama terlalu luar biasa. Sekarang ia mengumumkan injil dan tetap memiliki pengharapan kepa Tuhan. Ia tidak ingin meninggalkan pengaharapannya begitu saja sebab ia percaya bahwa berharap kepada Tuhan adalah suatu hal yang baik dan tidak akan mengecewakan. Berharap berarti menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan.



Oleh sebab itu, ketika apa yang kami mengharapkan tidak sesuai bersama apa yang kami ingini, kami tidak kudu kecewa lebih-lebih marah kepada Tuhan sebab Tuhan menyadari apa yang kami perlukan. Kita tentu menharapakan suatu hal yang baik, tapi yang baik itu belum tentu benar di hadapannya. Dalam Mamur 31:24 Tuhan menyuruh kami untuk senantiasa teguh berharap padaNya “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai seluruh orang yang berharap kepada TUHAN!”



Oleh sebab itu, letakkanlah segala pengharapan kami kepadaNya. Dalam menjalani kehidupan ini, kami kudu memiliki kepercayaan bahwa janji Tuhan tentu akan digenapi didalam hidup kita. Oleh sebab itu, jangalah kami curiga sebab Ia tentu akan menyebabkan pengharapan kami menjadi kenyataan. Untuk menunggu sebuah pengharapan, kami kudu sabar menunggu dan tidak mengeluh. Kita termasuk kudu memiliki iman pengharapan yang teguh kepadaNya. Jangan biarkan iman kami melemah dan justru menyebabkan kami berhenti berharap. Tuhan akan menjawab setiap apa yang kami ingin tepat pada waktuNya.



Jika Tuhan bilang harapan kami bukanlah yang paling baik untuk kita, kami kudu percaya bahwa apa yang Tuhan nyatakan didalam kehidupan kitalah yang terbaik. Jadi, kami kudu senantiasa bersyukur dan bersukacita di didalam Tuha.



Sekalipun kami kudu mengahadapi sebuah tantangan, percayalah itu merupakan sebuah sistem yang Tuhan berikan untuk kita. Proses untuk mendewasakan diri kita. Selain itu, kami kudu senantiasa bersyukur dan stimulan didalam menjalani kehidupan ini. Kita tidak boleh hilang pengharapan sebab Tuhan senantiasa memiliki rancangan yang lebih baik dari apa yang kami pikirkan. Oleh karenanya, setiap keinginan dan pengharapan kami kudu bersabar. Untuk memiliki kesabaran didalam pengharapan kepada Tuhan kami Yesus Kristus, kami kudu berdoa sebab bersama berdoa kami akan jadi kuat dan tenang. Walu bisa saja pada hari ini pengharapan kami belum terwujud, bersabarlah sebab suatu saat Tuhan akan menyatakan yang paling baik bagi kita, sebab Ia akan menyebabkan segala suatu hal indah pada waktuNya. Janganlah hilang pengharapanMu di didalam Dia.



Teruslah berharap dan berdoa, sebab ketika kami berharap padaNya tentu tidak akan mengecewakan. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar